Seandainya Dia Bisa Melihat Hati Ini

 Seandainya Dia Bisa Melihat Hati Ini

Merasakan kehadiran hatinya, merindukan belaian lembutnya, mencium hangat peluknya. Kata itu yang selalu dia sebutkan dalam relung hati Sheila, dia benar-benar merindukan sosok orang dia yang cintai, namun orang itu begitu cuek, begitu tak perduli dengannya, begitu tak memperhatikan tangisan hatinya bahkan yang paling dalam sekalipun, padahal sesungguhnya orang itu dengan sangat jelas tahu apa yang dirasakan oleh Sheila.
Waktu berlalu tanpa mempedulikan hati seorang yang terluka. Orang itu begitu sibuk dengan dirinya, begitu sibuk dengan waktu bersama sahabatnya dan juga kariernya, dia menawan, tentu saja banyak yang mencintai pribadinya. Hugo, pria tampan yang terkenal cuek, dan selalu tampil ceria, yang gemar bermain musik gitar, menyukai dunia bola, gemar menekuni dunia berolahraga gym, dan juga beberapa kali mengikuti perlombaan body contest, dan karena begitu profesi yang ada yang dalam dirinya sehingga tentu saja banyak wanita yang juga sangat mengagumi dirinya.
Mengetahui banyak yang menyukai dirinya dia juga terkenal suka gonta-ganti pacar alias play boy. Entahlah apa yang Sheila suka dari dirinya, dia seperti seorang yang mempunyai karisma tersendiri dalam dirinya, yang membuat seseorang begitu tertarik padanya walaupun melihatnya cuma sesaat saja. Bahkan sampai mereka jadian pun berulang kali Sheila terus disakiti hatinya oleh Hugo, entah itu karena sikap Hugo yang dingin padanya, cuek, kasar, egois, bahkan sikapnya yang suka selingkuh sehingga akhirnya mereka jadinya putus-sambung dan kisah mereka ini terus berlangsung sejak mereka SMA sampai mereka menduduki dunia perkuliahan kurang lebih 4 tahun, tapi sheila tetap sabar dan masih saja cintanya terus mendalam untuk pria yang satu ini.
Seiring berjalannya waktu, terutama pada saat mereka turun dalam lokasi Kuliah Kerja Nyata atau yang lazim disebut KKN pada kecamatan yang sama namun desa atau posko yang berbeda tapi bertetanggaan; di situ Hugo baru benar merasa membutuhkan, menyanyangi bahkan mencintai Sheila seutuhnya, Hugo benar-benar berbeda dari Hugo yang sebelumnya, dia begitu perhatian, pengertian, romantis, bahkan dia sangat cemburu pada orang-orang yang mendekati Sheila. Di lokasi KKN mereka benar-benar seperti pasangan yang baru pertama kali berkenalan dan memulai kisah cinta mereka, lokasi yang tidak ada jaringan komunikasi, namun komunikasi antara Sheila dan Hugo begitu sangat terjaga dan terjalin begitu harmonis.
Kisah ini terjalin begitu indah selama dua bulan dan tetap berlanjut hingga mereka pulang kembali ke rumah mereka, ke dunia dimana seharusnya mereka tinggal, bertemu kembali dengan keluarga mereka, sahabat mereka, dunia perkuliahan mereka, tak disangka janji yang Hugo ucapkan selama di tempat KKN ternyata dia tepati, yaitu janji untuk tetap mencintai, menyayangi, memberi perhatian, kasih sayang, bahkan janji bahwa akan secara sah memperkenalkan kepada keluarganya terkait hubungan asmaranya dengan Sheila, meskipun selama ini Sheila sering juga mengunjungi rumah Hugo, tapi tak seindah sewaktu dia pulang dari lokasi KKN, semua terasa indah dan berwarna. Hugo begitu baik, perhatian, pengertian dan menjadi sosok pacar yang didambakan oleh Sheila, semua keluarga Sheila pun akhirnya mengetahui hubungan asmara antara kedua pasangan ini, Sheila yang dulunya takut memperkenalkan kepada keluarganya kini menjadi begitu antusias memperkenalkan Hugo pada kelurganya bahkan bukan cuma keluarga inti Sheila saja, keluarga besarnya juga tahu mengenai hubungan asmara mereka ini.
Sheila begitu mencintai Hugo, dia menganggap Hugo adalah sosok pria terakhir dalam takdir asmara cintanya sehingga dia berani untuk memperkenalkan Hugo kepada keluarga besarnya, meskipun ayahnya menentang keras hubungan asmara kedua pasangan ini, namun Sheila tidak menghiraukan perkataan ayahnya, malah dia berusaha keras agar ayahnya merestui hubungan mereka; hari berganti meskipun kata setuju belum keluar secara langsung dari bibir ayah Sheila namun kedekatan Hugo dengan keluarganya begitu terasa keakrabannya, Hugo bahkan selalu diundang oleh saudara- saudara Sheila dalam setiap acara bersama dalam keluarganya, sampai acara wisudanya Sheila, Hugolah orang tersibuk yang mempersiapkan acaranya, dia bersama dengan saudara-saudari Sheila mengerjakan segala sesuatu untuk keperluan Sheila.
Cinta Sheila serasa semakin segunung untuk pacarya, mereka janji akan menikah segera setelah Hugo menyelesaikan study dan mendapatkan pekerjaan, janji yang begitu dinantikan oleh Sheila, karena hubungan kedua pasangan ini sudah terjalin cukup lama, bahkan semua orang-orang terdekat mereka yang bukan cuma keluarga melainkan teman KKN, teman kuliah, teman SMA mereka dulu, beberapa orangtua juga mengetahui hubungan mereka. Sheila begitu mencintai Hugo tanpa dia sadari bahwa pria ini belum 100 persen berubah menjadi pria baik, yang jujur, yang terbuka dalam segala hal, yang mencintainya dengan tulus, Sheila benar-benar dibutakan karena cintanya sendiri.
Ternyata Hugo masih menyimpan banyak misteri dalam dirinya, dia juga masih menyimpan wanita lain dalam dirinya juga dalam situasi tertentu Hugo masih begitu kasar pada dirinya, begitu egois dan selalu ingin menang sendiri, apa yang dia inginkan harus dia dapatkan tanpa memperhatikan hati Sheila, dalam hubungan mereka yang kini semakin membaik pun ternyata Sheila masih mendapati pacarnya berselingkuh dengan wanita lain, tapi Sheila tetap berbesar hati untuk memaafkan kesalahan Hugo, begitupun ketika kedua kalinya dia mendapati pacarnya berselingkuh dengan wanita lain, dia hanya bisa menangis dan meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun Hugo juga ikut menangis bahkan bersumpah tak akan mengulangi kesalahan itu lagi dalam situasi apapun, asalkan mereka jangan berpisah dan akhirnya hubungan mereka juga tetap berlanjut.
Suatu ketika mereka dihadapkan pada sebuah persoalan, kalau dibilang sebenarnya ini cuma masalah sepele yang bahkan sudah sering mereka perdebatkan, hanya karena Hugo sehari tidak memberi kabar pada Sheila, Sheila pun jadi ngambek dan ikut-ikutan tak memberi kabar pada Hugo, itu juga cuma alasan agar Hugo sesegara mungkin memberi kabar pada Sheila, tapi ternyata Hugo menangapi lain, suasananya menjadi terbalik, Hugo menjadi marah-marah pada Sheila, bahkan mengancam Sheila bahwa semua sikap Sheila ini akan menjadi boomerang dalam hidupnya, mendengar demikian Sheila segera meminta maaf atas kesalahannya pada Hugo namun tidak sedikitpun dihiraukan oleh Hugo, bahkan Hugo kembali seperti dulu cuek, dingin, kasar, bahkan tak juga mau memberi kabar pada Sheila hingga berhari-hari. Dan diam-diam Hugo menghubungi wanita selingkuhan keduanya itu, dia berusaha untuk membalikkan hubungan mereka, tanpa memikirkan perasaan Sheila, seperti mempunyai firasat buruk akan sikap pacarnya itu, Sheila seperti merasakan bahwa Hugo akan menghubungi wanita yang pernah Hugo putuskan untuk kedua kalinya setelah hubungan asmara mereka diketahui oleh Sheila.
Diam-diam Sheila juga mencari tahu tentang wanita itu, melalui jejaring sosial, Sheila akhirnya mendapat informasi langsung dari wanita itu, tentang siapa sebenarnya wanita itu, tentang hubunganya dengan Hugo, dan tentang semuanya, bahwa benar Hugo kembali menghubungi dirinya setelah memutuskan hubungan mereka beberapa saat yang lalu, hubungan mereka ternyata terjalin cukup lama sekitar 3 tahun, wanita ini tak lain adalah adik kelas mereka waktu duduk di bangku sekolah dulu, bahkan wanita ini juga tahu tentang hubungan Sheila dan Hugo, yang meski awalnya dikatakan Hugo pada dirinya bahwa hubungan antara Sheila dan dirinya hanyalah sebatas saudara, namun semuanya terbongkar wanita itu tahu bahwa Hugo dan Sheila berpacaran bukan bersaudara tapi karena cinta juga yang membutakan dia sehingga dia tetap masih menerima Hugo walaupun untuk menjadi orang kedua dalam kisah cintanya Hugo, tragis. Sheila seketika hanya bisa menangis saat mengetahui semuanya itu, airmatanya bercucuran dia bingung apa yang harus dia lakukan? tapi akhirnya dia tahu jalan mana yang harus dia ambil serta apa yang harus dia putuskan.
Merasa tak sanggup lagi menghadapi sikap Hugo yang begitu egois, kasar, cuek, pemarah, bahkan sikapnya yang suka selingkuh dan tak pernah memperhatikan hati seorang wanita, tapi Sheila tetap berbesar hati untuk memaafkan namun dengan tegas dia memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Seminggu setelah pertengkaran mereka Sheila mengunjungi rumah Hugo, berniat memberi sesuatu kepada Hugo sebagai tanda cintanya untuk Hugo, dia membuat sebuah video tentang perjalanan kisah cinta mereka, video itu bukan cuma sekedar foto di dalamnya tapi juga semacam suatu diary yang Sheila tulis selama dia berpacaran dengan Hugo saat suka dan duka yang mereka yang alami, dia rangkum semuanya dalam video itu dan dia bakar ke kaset kemudian dia kasihkan itu ke Hugo lewat ibunya Hugo, entah Hugo lihat atau tidak isi kaset itu, karena Hugo bilang ke Sheila kalau kasetnya sudah dipatahkan. Karena Hugo ternyata tidak terima dirinya diputuskan oleh sheila, tapi sheila tetap besikeras untuk tetap mengakhiri semuanya ini. Semua cara juga dilakukan lagi oleh Hugo agar tetap mempertahankan hubungan mereka, karena ternyata di sisi lain wanita selingkuhan Hugo itu memilih mengalah dan meninggalkan Hugo, dia menganggap kalau dirinya merusak hubungan mereka, dia meminta kepada sheila untuk tetap mempertahankan Hugo.
Semua ini terasa sulit dijalani karena pada sisi yang lain Hugo seringkali melukai hatinya tapi pada sisi lain dia pun juga masih sangat mencintai Hugo, tanpa menjawab telpon Hugo, membalas sms Hugo, bahkan apapun yang dilakukan hugo sengaja tak dihiraukan Sheila, sekalipun Hugo bilang kalau dia sakit dan sedang mengkonsumsi minuman keras namun sheila masih saja menutupi dirinya dia seperti masih memikirkan pilihan mana yang harus dia ambil? dia begitu dilema dan terpukul karena semua ini.
Selang beberapa hari yang membuat Sheila semakin yakin akan keputusannya untuk berpisah dengan Hugo yaitu karena Hugo ternyata tidak hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan sheila namun dia juga menginginkan agar hubungannya dengan wanita selingkuhannya juga membaik dan semua kembali seperti sediakala dimana dia tetap memiliki dan menjalani hubungan ini bersama kedua wanita ini. Semua ini benar-benar tidak habis di pikirkan oleh Sheila, mengapa Hugo, lelaki yang begitu dia cintainya ternyata begitu serakah dalam hal cinta, apakah pantas dia menjalani hubungan dengan lelaki ini? dia begitu rapuh dan terpuruk, hatinya begitu hancur, bahkan untuk lepas dari bayangan Hugo sangat sulit bagi dirinya, Hugo terus saja menghubunginya untuk meminta agar sheila jangan pernah sedikitpun menjauh darinya, di sisi lain juga Hugo terus meminta kepada wanita itu untuk hubungan mereka kembali membaik. Bahkan Hugo sampai nekat ke rumah Sheila dalam keadaan mabuk, meminta Sheila untuk kembali memperbaiki hubungan mereka, Hugo menangis karena merindukan saat-saat indahnya bersama Sheila, saat mereka bercanda bersama atau pun saat menangis bersama, Sheila yakin bahwa Hugo juga mencintai dirinya, tapi kelakuan Hugo begitu sangat menyakiti hati Sheila, yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah berdoa meminta jalan terbaik dari Tuhan, kalau memang mereka berjodoh pasti mereka akan dipertemukan kembali dengan suasana cinta yag baru yang begitu tulus dan mulia di hadapan Tuhan.
Cinta itu bukan cuma membutakan segalanya namun ternyata cinta juga membodohkan semua orang. Itu yang di pikirkan oleh sheila, bahkan untuk membenci saja dia tak pernah mampu melakukannya, semua ini terus saja berjalan seperti ini, akhirnya terpikirkan oleh sheila suatu rencana indah yang dia yakin bahwa ketika ini yang dia bilang pada Hugo, pasti Hugo tidak akan lagi menghubunginya dan mengusik hidupnya, dia juga begitu yakin bahwa rencana ini akan berhasil dipercayai oleh Hugo, karena dahulu waktu mereka masih menjalani hubungan dengan begitu indah, sheila pernah dengan serius mengatakan kepada Hugo bahwa setelah dia menyelesaikan studinya dia akan dikirimkan ayahnya untuk bekerja keluar daerah. Dan dengan alasan ini dia ingin secara langsung bertemu dan membicarakan dengan Hugo, dia menghubungi Hugo untuk bertemu dengan dirinya di suatu tempat yang sudah disiapkan oleh sheila, namun entah lupa atau sibuk Hugo tak kunjung datang, sheila memutuskan untuk pergi bertemu dengan Hugo di rumahnya. Namun ternyata mereka juga tidak bertemu karena ketika Sheila tiba di rumahnya Hugo, Hugo baru saja keluar untuk jadwal kegiatannya. Mungkin takdir sengaja tak mempertemukan mereka berdua, karena mungkin saja kalau mereka jadi bertemu sheila tak akan mampu lagi mengatakan semua penipuan ini pada Hugo.
Malamnya Sheila kembali menghubungi Hugo melalui media telepon, walaupun hanya lewat udara tapi dia merasa sedikit tenang, dia mengungkapkan semua luapan hatinya kepada Hugo, entah itu karena dia marah, sakit hati, bahkan mengatakan semua itu sambil dia meneteskan airmatanya dan pada akhirnya dia harus memulai mengatakan apa yag ingin dia utarakan yaitu dia bilang kepada Hugo untuk tidak lagi menghubunginya lagi karena dia juga memohon pamit untuk pergi keluar daerah untuk bekerja disana, dikatanya bahwa dia akan segera berangkat esok pagi, awalnya Hugo tidak percaya dia menganggapinya dengan biasa-biasa saja. Tapi setelah esok harinya Sheila mengucapkan selamat tinggal untuk disampaikan kepada Hugo melalui salah satu sahabat Hugo dan mengatakan bahwa mungkin mereka tak akan lagi bisa bertemu, dalam kurun waktu lama, mungkin marah dan kesal atau apapun juga yang dirasakan Hugo dia malah mengatakan kepada sahabatnya itu untuk menyuruh sheila segera mencari pria lain di tempat barunya itu, sebab dia juga telah jenuh melihat wajah sheila. Dan setelah saat itu Hugo tidak lagi sedikitpun menghubungi sheila, kisah ini benar-benar telah berakhir tak akan ada lagi panggilan sayang yang aneh yang sering mereka ciptakan bersama, tak akan ada lagi suasana dimana mereka mandi hujan bersama, masak bersama, makan bersama, tak’akan adalagi airmata kekesalan, kekecewaan, ataupun airmata kebahagiaan yang pernah mereka berbagi bersama. Semua ini tinggal kenangan, hanya kenangan, dan pernah terulang lagi, Hugo sepertiya kembali menyibukkan dirinya pada aktivitas biasanya, dia tidak lagi mengkonsumsi minuman keras, sebanyak apa yang dia yang mau, kalaupun masih dia tetap bisa mengontrol semua itu. Sheila sibuk menulis beberapa cerpen karena itu adalah hobinya sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dia juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai staf marketing pada satu stasion Televisi di daerahnya dan juga menunggu dipanggil untuk bekerja pada suatu perusahaan swasta yang lamarannya sudah dia masukan. Sepertinya wanita itu juga sedang sibuk dengan urusan kantornya. Semuanya disibukkan pada urusan pekerjaannya masing-masing. Semoga ini adalah perpisahan termanis yang tidak meninggalkan dendam pada masing- masing kita yang sama-sama tidak memiliki salah satu di antara kita.
Cinta itu memang rumit, ketika mengenal cinta semuanya akan menjadi indah, sehingga untuk melupakan cinta tak semudah kita membalikkan telapak tangan, terkadang kita menjadi seorang pecundang yang bodoh hanya karena ingin memiliki semuanya, terkadang kita juga malah terlihat seperti seseorang yang tak punya hati yang karena kita melihat cinta begitu mudah untuk kita dapatkan, terkadang juga kita terlihat seperti seseorang tak punya akal untuk berpikir bahwa kita sedang dibodohkan oleh karena cinta yang salah yang tak seharusnya kita miliki. Cinta sebenarnya tak pernah salah, yang salah itu manusia yang tidak tegas dalam memilih dan melepaskan cintanya sehingga terkadang dia terlihat seperti seseorang bodoh yang mencintai dirinya sehingga mau saja ditindas cintanya bahkan oleh orang yang dia cintai. Memaafkan adalah salah cara terbaik bukan cuma dalam hal bercinta namun dalam mengartikan makna hidup ini.
No one this ever lovely as much as I ever love you. Tak ada yang bisa mncintaimu seperti aku mencntaimu. Namun terkadang aku berpikir dalam sebuah hubungan mungkin alangkah lebih baik kita mengenangnya dengan kesakitan dan airmata, daripada tetap menjalaninya dengan kepedihan dan tangisan. Karena semua orang pernah punya kisah yang selalu membekas dalam hatinya, tapi tak semua orang bisa memiliki kembali seseorang yang pernah melukis kisah indah itu dalam hidupnya.

THE END

Cinta Tak Terbalas

 Cinta Tak Terbalas

 Bermula dari kejahilan temanku, disaat itulah aku mengenalnya. 3 hari berlalu setelah mos selesai di sekolahku, yaps kini aku duduk di kelas X smk dan kini aku mempunyai banyak teman. Salah satu teman dekatku saat ini adalah lala, hari demi hari aku lalui dengan senda gurau bersama teman-teman. Sampai suatu hari lala ingin menyebar nomorku.
“ta, lu mau gak sama temen gue?. Lumayan loh dia, dia itu lagi jomblo sama kaya lu” lala berkata.
“iiih gila lu la, lu tau gue gak ada niatan buat kenalan sama cowok apa lagi buat kepikiran pacaran.” kataku sambil ngomel-ngomel.
“plis ta!, kasian dia belum dapet cewek.” lala memohon dengan tampang memelas.
“gue bilang gak ya gak lala, gue gak mau ah. Awas aja lu ya sampe nomor gue kesebar”
Malam pun tiba, aku memfokuskan untuk belajar. Tiba-tiba hpku berdering tanda pesan masuk.
“hai, boleh kenalan gak? Kamu tata bukan?.” kata orang di sebrang sana
“maaf anda siapa ya?
“aku dani, temennya lala.”
(wah kurang ajar tuh lala gue bilang jangan sebarin nomer gue malah disebarin). Dalam hatiku berkata.
2 bulan pun berlalu sejak kejadian lala menyebarkan nomorku, dan aku pun mengalah dan memaafkan dia. Tiba-tiba suara hpku berdering tanda sms masuk, ku kira dani yang sms ternyata aku salah.
“hai, boleh kenalan gak?” kata seseorang di sebrang sana
(wah jangan-jangan dia nyebarin nomer gue lagi, awas aja sampe iya). Kataku dalam hati.
“maaf anda siapa ya, dan anda dapet nomer saya dari mana?.”
“aku mul”, ngacak-ngacak nomor.
Sms itu langsung tak ku balas, dan aku berniat untuk menanyakan kepada lala. Awas aja sampe kali ini dia nyebarin nomor gue.
Pagi pun telah datang, mentari tersenyum kepadaku. Hari ini aku akan menanyakan ini pada lala.
“eeh la tunggu! Gue mau nanya sama lu, jawab jujur ya.”
“iya, gue jawab nanya apa sih serius amat.” lala penasaran
“lu kenapa sih? Apa salah gue sampe-sampe lu nyebarin nomor gue terus. Dulu dani, dan dani udah gak ada sekarang ada lagi namanya mul.” sambil marah-marah
“nggak.. Gue ngga nyebarin nomor lu sumpah deh.”
“terus, kalau bukan lu siapa lagi?” tanyaku kesal.
Cinta emang gak bisa kita duga, cinta bagaikan bunga mawar jika kita mencium aroma bunga mawar itu terasa wangi, tapi tak jarang kita tertusuk duri yang ada di sekeliling bunga tersebut, tak jarang kita terluka oleh duri itu. Cinta bagaikan udara, tak bisa disentuh dan dilihat hanya bisa dirasakan.
Dan entah kenapa semakin lama aku semakin dekat dngan mul, ya orang itu aku tak menyangka aku menaruh hati padanya. Sampai suatu saat aku bertemu dengannya, tentu saja aku tak sendiri, aku ditemani temanku lala. Seusai bertemu mul, lala berkata padaku.
“ta, cakep juga gebetan lu. Hebat lu, udah jadian aja ta”
“enak aja lu bilang maen jadian-jadian aja, dia itu cuma teman gue tau.”
“yah lu ta, sayang tau coba aja gue belum punya cowok, gue sikat tuh.”
“wooo… Itu mau lu, kalau dia mau sama lu kenapa gak?.”
2 tahun berlalu setelah kedekatanku dengan mul, semakin hari aku merasa kini mul menjauh dari hidupku. Aku coba tuk hubungin dia tapi tak bisa, sampai suatu hari lala menceritakannya padaku.
“ta, cowok lu tuh songong banget sama gue sih, masa gue disangka cabe-cabean.”
“ish, dia bukan cowok gue kali!. Lagian lu ladenin dia.” sedikit kesal karena mul lebih akrab dengan temanku dan aku di sini khawatir
Hari pun berganti hari, sampai tiba mul sms aku.
“kayanya gue mau pulang deh ke rumah ortu gue.” saatku baca sms itu air mata tak bisa terbendung lagi. Kenapa, kenapa harus kaya gini jadinya?, di saat aku tau dan aku menyadari kalau aku sayang sama dia, tapi dia milih tuk pergi.
“hah! Serius lu, kapan lu mau berangkat?” ku ketik balesan itu dengan penuh perjuangan.
“besok, dan kayanya gue gak bakal balik lagi deh.”
Lagi-lagi air mataku tak mau berhenti
“serius lu, ya udah hati-hati aja deh” saat itu juga aku menangis sejadi jadinya. Aku merasa bumi telah menelanku, tuhan kenapa kau berikan dia kepadaku yang pada akhirnya kau rebut kembali. Aku lebih milih tuk tak mengenalnya dari pada aku harus melupakannya.
Tiba-tiba sms dari mul mengagetkanku, seakan ia tau apa yang aku rasakan.
“ga, gue gak pergi lama kok gue bakal balik lagi.” saat aku membaca pesan tersebut seakan aku terhipnotis oleh kata-katanya, air mata kini sudah mereda.
Sebulan telah berlalu setelah mul pergi, temanku bercerita kalau ia tak suka dengan sms dari mul. Akhirnya aku memutuskan tuk menanyakannya, bukannya dapat permasaahan yang selesai, aku malah ribut dengannya.
Seminggu setelah kejadian itu, aku iklas bahwa ia bukan untuk aku. Tiba-tiba aku baru tau bahwa mul adalah teman temannya lala temanku.
Di saat itu entah mengapa aku menjadi sangat marah, marah dengan diriku sendiri, marah dengan keadaan, marah dengan dia, dan marah karena lala lah aku mengenalnya, karena lala lah aku mencintainya, dan karena dialah aku bertengkar dengannya.
Air mata kini tak terbendung lagi, 2 kali aku menangisimu, 2 kali aku menyesali keadaan, 2 kali aku menyalahkan diriku, 2 kali pula aku berusaha melupakanmu tapi tak bisa. Kini aku pasrah, jika memang kau buat diriku, jika tuhan mempertemukanku denganmu, aku yakin kaulah jodohku. Satu hal yang harus kau tau
“aku akan selalu mencintaimu dalam diamku dan aku akan selalu merindukanmu dalam tangisku” walau beribu pengganti dirimu di hatiku, beribu cinta datang padaku, kamu akan selalu ada di hati ini. Walau kau tak pernah menganggapku, walau kau membenciku, walau kau tak mencintaiku, aku akan selalu tersenyum di depanmu dan selalu mencoba tuk kau percaya.

23 Hari Untuk Selamanya

 23 Hari Untuk Selamanya

 6 tahun yang lalu, ada seorang cowok yang bernama Egy dan seorang cewek yang bernama Clara dan mereka satu sekolah di SMA Bangsa. Mereka berdua sangat dekat dari awal masuk sekolah, karena kedekatan mereka, egy menjadi suka sama clara. Suatu hari egy memberanikan diri untuk mengatakan yang sebenarnya sama clara,
“Cla gue mau ngomong sesuatu sama loe” Tanya egy
“ngomong apa gy? gak usah sungkan.” Jawab clara
“g..g..gue.. g..g..gue” jawab egy
“iya loe kenapa?” Tanya clara
“g..g..gue suka sama loe! Apa loe mau jadi seseorang yang mengisi kekosongan hati gue?” Tanya egy
“hah? loe gak salah gy? kita kan sahabatan udah lama.” jawab clara
“iya gue suka sama loe udah lama sebenarnya, tapi baru sekarang gue berani ungkapin semuanya. Loe mau gak jadi cewek gue?” Tanya egy
“gue belum siap jawab, gue butuh waktu 3 hari ya buat memikirkan semuanya, gue janji akan jawab.” Kata clara
Kring Kring
Bel pun berbunyi clara dan egy pun masuk ke kelas. hari itu pun berlalu begitu saja, dan semua berjalan dengan seperti biasanya. sampai lah hari ketiga dimana clara akan menjawab semua pertanyaan egy, dan hari itu egy pergi ke rumah clara dengan hati yang cukup deg-degan.
Setelah sampai di rumah clara egy mengetuk pintu, dan keluar lah clara dengan raut wajah yang cemberut dan sedih.
“Cla gue kesini mau menanyakan jawaban loe ke gue lusa kemarin, gimana jawaban loe?” Tanya egy
“egy maaf gue belum bisa jawab sekarang, gue bingung, maaf ya.” Jawab clara
“kenapa? loe gak mau jadi pacar gue?” Tanya egy
“bukan itu, gue masih bingung aja, tapi gue janji akan jawab itu semua.” Jawab clara
“fine, gue akan kasih loe waktu lagi buat mikirin ini semua.” Kata egy
“makasih ya loe udah mau ngasih gue waktu lagi.” jawab clara

THE END

Misteri Gadis Di Pinggir Jalan

Misteri Gadis Di Pinggir Jalan

 Pagi itu, di tengah terminal tepatnya, aku selalu melihat wanita yang sama di minggu ini, dia cantik menurutku, berjilbab dan tampak sholehah, jika seandainya ada kesempatan ingin sekali rasanya aku untuk berpatah kata dengannya.
“Monggo pak, silahkan diminum”, sapa pak rusdi dengan secangkir kopi hangat di hadapannku.
“Bapak kenal dengan wanita yang selalu di pinggir jalan itu?”, tanyaku seraya menunjuk ke arah jalanan di pinggir lalu lalang kendaraan.
“tentu mas, dia Aisyah anak ibu H. Marsinah yang tinggal di rumah gedong disana, emangnya kenapa mas?”, tanya pak rusdi sambil duduk di angkringannya yang masih sepi.
“gak pak, Cuma pingin tahu aja, apa dia sudah menikah pak?”, tanyaku penasaran.
“Belum, dia belum menikah, minggu lalu ada yang ngelamar, seorang gus-gus, anak kiai gitu, tapi ditolak juga, padahal dia anak tertua lho mas, adiknya yang cewek malah udah nikah 2 tahun lalu, kayaknya dia bakal jadi perawan tua. Hmmm.. kalo mas mau ngelamar, kayaknya susah mas.. soalnya sudah banyak pemuda yang ngelamar tapi semuanya ditolak”, kata pak rusdi berbisik.
“lho, kok bisa pak, emangnya kenapa?”, kataku semakin penasaran mendengar penuturan bapak itu.
“saya toh kagak tau mas, wong gadis itu, orangnya pendiam sih, tapi menurut rumor yang saya dengar, dia itu sombong mas dan kalau milih suami itu pilih-pilih, makanya semuanya pada ditolak” lanjut Pak Rusdi semakin lirih.
“apa dia itu benar sombong pak?”, tanyaku masih tak percaya.
“kalau menurut bapak sih tidak, soalnya setahu bapak dia anak baik, soalnya juga sering mampir kesini beli kue, kalau bapak sih positif thingking aja mas, toh itu hanya rumor”, kata bapak sambil membayar uang kembalianku.
Aku hanya bisa diam membisu sambil memikirkan ucapan bapak Rusdi, bagiku gadis itu masih menjadi sebuah misteri. “siapa sebenarnya kamu?”, tanyaku selalu dalam hati.
Masih di pagi yang sama, saat kulihat dia kembali. Kalau kemarin dia memakai baju hijau, sekarang dia tampak anggun dengan baju merah jambunya, aku sendiri pun sudah tak tahan ingin bertegur sapa dengannya, sekaligus ta’arufan, mungkin akan sedikit bisa menghilangkan rasa penasaran dalam hatiku.
“hmm.. Assalamu’alaikum ukhty..”, sapaku membuka pembicaraan.
“wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh”, jawabnya dengan seulas senyum tersungging di bibir merahnya.
“astaghfirulloh”, ucapku dalam hati. Gadis itu benar-benar cantik, “Ya Allah, sungguh niatku hanya untuk berta’arufan dengannya. Kuatkanlah imanku”, ucapku dalam hati.
“boleh saya bantu neng..?”, ucapku melihat barang belanjaannya yang cukup banyak.
“tidak usah cak, alhamdulillah saya masih bisa sendiri kok”, jawab gadis itu menolak.
“tak apa, kamu keliatan cukup lelah..”, jawabku meyakinkan.
Akhirnya dengan agak canggung, gadis itu memberikan sebagian belanjaannya kepadaku. Sangat senang hatiku menerimanya. Mungkin ini adalah langkah awal yang baik untuk mengenalnya.
Di perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang terlontar, kami hanya saling diam, aku pun hanya mengikuti langkahnya. Sambil berharap, ada kata yang bisa diucapkan.
“terimakasih cak, ini rumah saya. Terimakasih atas bantuannya”, katanya tanpa melihat wajahku sedikitpun, hanya menunduk sedari tadi yang dia lakukan.
“iya sama-sama neng, hmm.. oya nama saya Rahman, kalau nama neng siapa..?”, tanyaku salah tingkah.
“nama saya Aisyah cak, panggil aja Aisyah. Ya udah cak maaf saya harus masuk dulu. Permisi Assalamu’alaikum” lanjutnya tanpa sedikitpun melihat wajahku.
“O.. iya neng Aisyah, Wassalamu’alaikum”, jawabku sedikit kecewa.
Hari yang sama dan kejadian yang sama, terjadi sudah selama seminggu ini, tanpa ada perkembangan yang berarti, sampai sekarang pun rasa penasaranku pun belum terpuaskan. Hingga suatu hari ku beranikan diri mendatangi rumah gadis itu.
“ee.. nak Rahman, silahkan masuk”, ucap HJ. Marsinah, tak asing lagi kepadaku. “Mau ketemu aisyah ya.. sayangnya dia sedang mengajar di mushola”,
“oo.. kalau begitu saya pulang saja dulu bu”, kataku seraya beranjak keluar.
“hmm.. tapi kalo seandainya kamu punya waktu, ibu ingin ngomong sebentar dulu”, kata wanita setengah baya itu kepadaku. Wajahnya tampak serius itu membuatku penasaran dan ingin tahu apa yang ingin dia sampaikan.
“iya bu, tidak apa-apa, silahkan saja, saya toh sedang tidak ada kesibukan”, ucapku kepadanya.
“hmmm… apakah kamu suka sama aisyah?”, tanya HJ. Marsinah serius
Kikuk aku mendengar pertanyaan seperti itu, rasanya seperti disuruh menjinjing ribuan kilo batu, tapi melihat keseriusan dari HJ. Marsinah, akhirnya aku memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan itu.
“Iya Ibu, saya menyukai bahkan mencintai putri anda semenjak pertama kali saya bertemu dengannya”, jawabku kikuk.
Dengan menghembuskan nafas lega HJ Marsinah berkata “Alhamdulillah kalau seperti itu nak. Ibu sangat senang mendengarnya dan ibu berharap kamulah jodoh Aisyah nantinya”.
“kalau boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi ibu?”, tanyaku semakin penasaran, bahkan hingga menahan nafas menunggu jawaban yang selama ini kunanti, tentang misteri gadis di pinggir jalan ini. Aisyah tepatnya.
“dulu sekali Aisyah pernah berpacaran seperti gadis-gadis lainnya, sama seperti pacaran pada umumnya nak, aisyah sangat mencintai laki-laki itu karena Allah, namanya Farhad pemuda pesantren yang berhasil mengetuk pintu hati Aisyah, mereka hanya baru bertemu sekali, namun Aisyah sangat yakin kalau laki-laki itu yang akan jadi pendamping hidupnya”, kata HJ. Marsinah mengawali ceritanya.
“lalu apa yang selanjutnya terjadi bu?”, jawabku masih sangat penasaran.
Dengan menghela napas panjang HJ. Marsinah melanjutkan ceritanya. “Dulu kami tak sekaya ini nak, kami hidup serba kekurangan, bahkan untuk kuliah Aisyah, dia harus bekerja keras. Jika ditanya impiannya hanya satu membahagiakan keluarga dan memberangkatkan haji orangtuanya. Sedangkan Farhad pun harus berada di kota lain, untuk melanjutkan kuliahnya. Jadi selama pacaran itu mereka hanya berhubungan dengan telepon saja. Pernah sekali Aisyah bercerita pada saya, kalo tidak salah di bulan Juni 2012, kalau dia akan menemui farhad, dia juga bercerita mereka akan mengikat janji, di hadapan Allah. Awalnya ibu berpikir itu hanya janji biasa, janji yang biasa dilanggar. Tapi ternyata Aisyah sangat memegang janji tersebut”.
“Janji yang seperti apa bu..?”, tanyaku semakin penasaran.
“entahlah Aisyah tak berkata apapun tentang janji itu, bahkan ibu sendiri juga khawatir, tapi Aisyah selalu berkata tidak apa-apa bu, semuanya akan baik-baik saja, lalu satu tahun pun Berlalu Aisyah masih kuliah dan Farhad mendapatkan pekerjaan sebagai guide di mekah. Namun sepeninggal itu, seakan Farhad juga menghilang bersama semua rasa cintanya. Tak ada kabar apapun yang tentang farhad, seperti hilang ditelan bumi nak. Tapi anehnya Aisyah tidak meneteskan air mata sedikitpun, dia tetap ceria seakan tak terjadi apa-apa. Dan semenjak itu setiap kali ada lamaran selalu ditolaknya dengan alasan dia telah dipinang. Jujur nak, ibu sangat takut, siapa yang telah meminangnya?, apakah dia masih berharap kalau Farhad akan menjemputnya, setiap hari ibu selalu tak tenang. Apalagi sekarang Aisyah sudah banyak digosipin oleh tetangga nak..”, tangis HJ. Marsinah membuatku merasa pilu.
“hmmm.. apakah tak ada kabar dari keluarga farhad bu..?” tanyaku kemudian, melihat tangis HJ. Marsinah lebih reda.
“Farhad anak yatim nak, dia hanya punya Aisyah dan guru-gurunya di pesantren, bagi kami sendiri dia juga telah menjadi keluarga, ibu mohon nak, bukalah pintu hati Aisyah lagi, ibu ingin dia bahagia. Sungguh ibu tak pernah tega mendengar tetangga memperolok-oloknya sebagai perawan tua. Ibu ingin melihatnya menikah, dan melupakan kesedihannya kehilangan Farhad”, lanjut HJ. Marsinah melihatku, di matanya tampak sayu dan lelah, namun serius akan perkataannya.
“InsyaAllah Bu, jika ibu mengijinkan, dan Allah meridhoi, saya akan meemperistri Aisyah secepatnya”, kataku meyakinkan.
“terimakasih nak, aminn.., ibu juga akan berusaha meyakinkan Aisyah”.
Dua hari telah berlalu, bersama pembicaraan itu. Dengan mantap di pagi hari itu, aku membawa ustadz Sholeh untuk membantu meminang Aisyah. Aku yakin Allah meridhoi dan memperlancar perjalanannku. “Ya Allah jika memang dia jodohku, maka mudahkanlah perjalananku, jika dia bukan jodohku maka berikanlah Aisyah jodoh yang terbaik untuk kebahagiaannya.
Doaku pun terjawab bersama sampainya aku di rumah Aisyah, HJ. Marsinah pun sudah menungguku di depan rumah.
“Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh”, ucapku berbarengan dengan ustadz Sholeh
“Wa’alaikum Salam, ayo silahkan masuk nak, ibu telah menunggumu sedari tadi”, kata HJ. Marsinah dengan senyum yang tak henti-hentinya. “ayo duduk nak, semalam ibu telah berbicara dengan Aisyah, lalu dia menjawab Jika Allah mengijinkan. Ibu yakin kamu pasti bisa meminangnya”
“Amin..”, jawabku simpel. “terus Aisyahnya dimana bu..”.
“tadi pagi bantu ibu masak, terus ijin sholat dhuha, tunggu sebentar ya ibu liat dulu di kamar, mungkin masih siap-siap, kalian silahkan diminum dulu minumannya”, kata HJ. Marsinah berlalu.
Aku sendiri tampak tak tenang menunggu kembalinya HJ. Marsinah.
“yang tenang mas, insyaAllah kalo jodoh pasti kesampean”, ucap Sholeh sambil menepuk pundakku.
“insyaAllah Ustadz”, jawabku menghela napas.
Namun cukup lama HJ. Marsinah memanggil Aisyah, tiba-tiba..
“AISSSYYYAAAHHH…”
Segera kami berlari menuju kamar. Terlihat disana Aisyah kaku tak bergerak, seakan tidur yang sangat pulas. HJ. Marsinah pun menangis kaget dan pingsan, melihat putrinya tak bernyawa di tempat tidur.
“Aisyah sudah meninggal saat tidur”, kata Pak ustadz Sholeh melihat keadaannya.
“lalu siapa yang membantu HJ. Marsinah tadi pagi?” tanyaku bingung dan sedih
“Wallahu Alam, hanya Allah yang maha mengetahui, namun saya yakin Aisyah meninggal dengan keadaan Husnul Khotimah, dia tersenyum walaupun telah meninggal, yang sabar saja mas, insyaAllah ada jodoh terbaik untuk mas nantinya”, kata Ustadz Sholeh menenangkan. “oya… dan ini saya menemukan 1 lembar doa dan sebuah foto lelaki, mungkin ini farhad, soalnya ada nama di belakang foto ini”.
Tak ada jawabanku yang terlontar, semuanya masih membingungkan dan terasa cepat, saat pertama aku bertemu aisyah, berbicara dengannya, mendengar cerita ibunya. Hingga sekarang ia telah tiada. “biar saya lihat bersama ibunya nanti, setelah pemakaman ustadz tolong temani” jawabku sambil berlalu, ingin rasanya aku segera masuk, kembali sadar bahwa Aisyah telah tiada.
Misteri gadis di pinggir jalan itu, biarlah hanya Allah dan dia yang tahu.

THE END

Penantian Sia-Sia

 Penantian Sia-Sia

 Masa ini adalah masa yang menyenangkan bagi setiap anak yang akan melakukan transisi dari remaja ke dewasa yapz tentu saja masa itu masa SMA, mungkin setiap anak SMA tidak akan bisa melupakan cerita SMA yang pernah mereka alami. Begitupun denganku, walau sekarang aku sudah kuliah, sudah menjadi mahasiswa bukan anak SMA lagi, tapi kenangan di SMA itu masih terbayang jelas dalam memoryku. Itu tidak akan terlupakan, karena saat itu adalah saat yang sangat indah. Di SMA lah aku ketemu dia, dia cinta pertamaku. Yang kini sedang kuliah di luar negeri.
Hari ini aku sangat senang sekali, Pukul 13.00 siang ini aku akan bertemu dengannya, karena siang ini dia akan pulang dari London untuk berlibur. Sejak pukul 10.00 aku telah sampai di bandara, aku tidak mau terlambat menjemputnya. Sebenarnya hari ini aku ada kuliah tapi demi dia aku tinggalkan kuliah hari ini.
Waktu terus berlanjut tanpa ku sadari jam kecil yang berada di tanganku, hampir menunjukkan pukul 13.00, aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat melihatnya. Tapi sampai jam kecil itu menunjukkan pukul 15.00 dia belum juga menampakkan batang hidungnya. Aku mulai lelah menunggu, terus ku pandangi arah tempat orang-orang keluar dari pesawat itu.
Ketika aku akan menyerah untuk menunggunya dan aku putuskan untuk pulang, tiba-tiba sosok yang aku nanti dari tadi sedang berjalan keluar menuju ke arahku dengan senyum mengembang di wajahnya, dengan cepat ku berlari ke arahnya dan ku peluk tubuhnya, ya dia adalah kekasihku Beni. Tapi belum puas aku melepaskan rindu padanya, tiba-tiba seorang perempuan seusiaku dan dia tidak terlihat seperti wanita bule berjalan ke arahku dan merangkul pergelangan tangan Beni. Kutanyakan siapa perempuan itu, dia menjawab dengan gugup dan terbata-bata, yang akhirnya jawabanku dijawab oleh perempuan yang nggak aku kenal itu, “perkenalkan nama ku Lila, aku pacarnya Beni.”
Mataku terbelalak dan sangat terkejut mendengar jawaban cewek itu, aku benar-benar terkejut dan tak tahu harus bagaimana, air mataku jatuh dan mulutku tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Mendengar keterangan cewek itu aku nerasa berada dalam mimpi buruk, aku ingin cepat-cepat terbangun dari mimpi buruk itu, ku cubit pipi ku terasa sakit aku sadar ini nyata, Perlahan aku membalikan badan dan pergi meninggalkan mereka.
Aku tidak percaya, orang yang sangat aku sayangi dan aku rindukan, pulang dengan cewek lain yang berstatus pacarnya, mana janji dia yang dulu akan kembali untukku di Indonesia, mana kata setia dan kata manisnya selama ini padaku. Kata itu hanya kebohongan yang dirangkai oleh seorang cowok seperti Beni.
Aku menyesal telah memilih menunggunya dari pada kuliah, penantian ku sia-sia selama ini, penantianku tidak di hargainya, kesetianku di khianatinya. Hatiku yang tulus untuknya kini dilukainya dengan sebuah pisau yang sangat tajam.
Seminggu sudah aku tidak bertemu maupun melihatnya, aku memang tidak ingin melihatnya. Melihatnya sama saja dengan menorehkan luka di hatiku lagi. Aku juga tidak pernah mendengar kabarnya. Dia pun tidak pernah lagi menghubungiku saat ini, hanya dulu ketika pertama kali dia datang ke Indonesia dia pernah menghubungiku beberapa kali dan menemuiku sekali ketika aku berada di kampus. Waktu itu dia ingin menjelaskan kejadian yang di bandara tetapi aku tidak memberinya kesempatan. Setelah itu tidak pernah lagi aku melihatnya dan bertemu denganya. Selamat tinggal beni, selamat tinggal masa lalu… aku kan jalani hidup ini tanpamu sekalipun...

THE END